Sekitar bulan Desember 2 tahun lalu, saya berkesempatan
untuk mengunjungi PUSPIPTEK atau Pusat Penegmbangan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi bersama dengan teman-teman seangkatan saya dalam pembelajaran PKLH.
Di Puspiptek ini, kami dibagi menjadi 3 kelompok. Dan saya
kebetulan masuk ke dalam kelompok yang akan berkunjung ke B2TE (Balai Besar
Teknologi dan Energi) dari PUSPIPTEK. Di sana, sebelum benar-benar berkeleling
ke lab, kami mendengar penjelasan-penjelasan
dari kepala laboratorium tentang bidang-bidang yang dikhususkan di B2TE.
Jadi B2TE ini merupakan salah satu unit kerja dari BPPT yang dikhususkan di bidang energy. Dan ada 3
kompetensi inti yang menjadi konsentrasi
bagi B2TE ini, yaitu:
·
teknologi energy fosil
·
Efisiensi energy
·
Dan energy terbarukan
Yah… tapi saya menulis ini bukan untuk membahas B2Te, tapi
apa yang menjadi konsentrasi dari balai ini. Menurut penjelasan dari pihak
B2TE, ada beberapa permasalahan yang sedang dihadapi oleh bangsa Indonesia.
Yang pertama terkait dengan bahan bakar- dimana kita semua
sudah merasakannya-yakni suplai energy yang bermasalah. Yah, untuk masalah ini
yang paling gampang contohnya adalah betapa mahalnya harga bahan bakar di
Indonesia saat ini.
Masalah yang kedua terkait dengan kelistrikan yang
menggunakan fosil, dimana harga bahan bakar ini disetarakan dengan harga dunia,
sehingga menyebabkan adanya selisih harga yang jauh antara input dan output.
(bagi para pembaca yang merasa statement ini salah, mohon dikoreksi ya…).
Kalau mau ditelaah lebih jauh lagi, sebenarnya banyak energy
alternative yang bias digunakan untuk mengganti suplai bahan bakr fosil,
diantaranya adalah energy matahari dengan penggunaan sel surya, dan yang
lainnya adalah nuklir.
Yak, kita udah mulai masuk ke intinya. Nuklir. B2TE (saat
saya berkunjung ke sana) pernah mengutarakan tentang nuklir sebagai energy
alternative. Bagaimanapun, dengan menggunakan energy nuklir, kita bias lebih
menghemat biaya dibandingkan dengan
menggunakan energi fosil. Karena, kata guru fisika saya, nuklir itu
hanya membutuhkan sedikit uranium untuk menghasilkan energy berkilo-kilo watt.
Namun, sebagaimanaupun besarnya energy yang dihasilkan, pasti juga menghasilkan
resiko yang besar. Dan seperti yang sudah jadi rahasia umum kalau banyak orang
yang menentang penggunaan energy nuklir ini.
Oke, lagi-lagi Kata B2TE, terkait dengan penggunaan nuklir
di Indonesia ini, belum ada yang berani-sampai saat itu-untuk menandatangani
pengambilan keputusan penggunaan energy nuklir di Indonesia. Banyak pula oranisasi-organisasi
non pemerintah yang menentangnya.
Resiko penggunaan nuklir
memang besar, namun, kata kakak saya yang bekerja di BATAN, saat ini,
sudah banyak kok yang ahli dalam bidang nuklir, sehingga kita nggak perlu lagi
takut untuk pengadaan nuklir ini. Lagipula, dengan kondisi bumi saat ini yang
sudah mulai semakin ‘panas’, memang nuklir baik buat menggantikan energi fosil
yang terus-terusan mengemisikan gas karbondioksida yang mememerangkap panas
matahari di bumi. Di samping itu, kita juga menghemat biaya produksi energi dan
nuklir juga lebih mudah diangkut…..
Yah, saya bukannya mengkomporin buat pemakaian energi
nuklir, tapi, saya Cuma mau bilang, saat ini, nuklir sudah banyak digunakan dan
energi fosil sudah banyak ditinggalkan. Kita hidup di bumi, dan sudah
seharusnya kita memberikan yang terbaik untuk lingkungan hidup kita yang
nantinya berdampak pada diri kita sendiri. Dan kita sendirilah yang tahu mana
yang baik buat diri kita dan mana yang buruk, apakah energi fosil masih baik
atau energi nuklir buruk juga kita sebenarnya sudah tahu kok...Nah, jadi… Sudah
saatnya kita berpikir maju, terlepas dari kapan hari kiamat datang…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar