Minggu, 26 Februari 2012

Nuklir untuk Indonesia


Sekitar bulan Desember 2 tahun lalu, saya berkesempatan untuk mengunjungi PUSPIPTEK atau Pusat Penegmbangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi bersama dengan teman-teman seangkatan saya dalam pembelajaran PKLH.
Di Puspiptek ini, kami dibagi menjadi 3 kelompok. Dan saya kebetulan masuk ke dalam kelompok yang akan berkunjung ke B2TE (Balai Besar Teknologi dan Energi) dari PUSPIPTEK. Di sana, sebelum benar-benar berkeleling ke  lab, kami mendengar penjelasan-penjelasan dari kepala laboratorium tentang bidang-bidang yang dikhususkan di B2TE.
Jadi B2TE ini merupakan salah satu unit kerja dari BPPT  yang dikhususkan di bidang energy. Dan ada 3 kompetensi inti yang menjadi konsentrasi  bagi B2TE ini, yaitu:
·         teknologi energy fosil
·         Efisiensi energy
·         Dan energy terbarukan
Yah… tapi saya menulis ini bukan untuk membahas B2Te, tapi apa yang menjadi konsentrasi dari balai ini. Menurut penjelasan dari pihak B2TE, ada beberapa permasalahan yang sedang dihadapi oleh bangsa Indonesia.
Yang pertama terkait dengan bahan bakar- dimana kita semua sudah merasakannya-yakni suplai energy yang bermasalah. Yah, untuk masalah ini yang paling gampang contohnya adalah betapa mahalnya harga bahan bakar di Indonesia saat ini.
Masalah yang kedua terkait dengan kelistrikan yang menggunakan fosil, dimana harga bahan bakar ini disetarakan dengan harga dunia, sehingga menyebabkan adanya selisih harga yang jauh antara input dan output. (bagi para pembaca yang merasa statement ini salah, mohon dikoreksi ya…).
Kalau mau ditelaah lebih jauh lagi, sebenarnya banyak energy alternative yang bias digunakan untuk mengganti suplai bahan bakr fosil, diantaranya adalah energy matahari dengan penggunaan sel surya, dan yang lainnya adalah nuklir.
Yak, kita udah mulai masuk ke intinya. Nuklir. B2TE (saat saya berkunjung ke sana) pernah mengutarakan tentang nuklir sebagai energy alternative. Bagaimanapun, dengan menggunakan energy nuklir, kita bias lebih menghemat biaya dibandingkan dengan  menggunakan energi fosil. Karena, kata guru fisika saya, nuklir itu hanya membutuhkan sedikit uranium untuk menghasilkan energy berkilo-kilo watt. Namun, sebagaimanaupun besarnya energy yang dihasilkan, pasti juga menghasilkan resiko yang besar. Dan seperti yang sudah jadi rahasia umum kalau banyak orang yang menentang penggunaan energy nuklir ini.
Oke, lagi-lagi Kata B2TE, terkait dengan penggunaan nuklir di Indonesia ini, belum ada yang berani-sampai saat itu-untuk menandatangani pengambilan keputusan penggunaan energy nuklir di Indonesia. Banyak pula oranisasi-organisasi non pemerintah yang menentangnya.
Resiko penggunaan nuklir  memang besar, namun, kata kakak saya yang bekerja di BATAN, saat ini, sudah banyak kok yang ahli dalam bidang nuklir, sehingga kita nggak perlu lagi takut untuk pengadaan nuklir ini. Lagipula, dengan kondisi bumi saat ini yang sudah mulai semakin ‘panas’, memang nuklir baik buat menggantikan energi fosil yang terus-terusan mengemisikan gas karbondioksida yang mememerangkap panas matahari di bumi. Di samping itu, kita juga menghemat biaya produksi energi dan nuklir juga lebih mudah diangkut…..
Yah, saya bukannya mengkomporin buat pemakaian energi nuklir, tapi, saya Cuma mau bilang, saat ini, nuklir sudah banyak digunakan dan energi fosil sudah banyak ditinggalkan. Kita hidup di bumi, dan sudah seharusnya kita memberikan yang terbaik untuk lingkungan hidup kita yang nantinya berdampak pada diri kita sendiri. Dan kita sendirilah yang tahu mana yang baik buat diri kita dan mana yang buruk, apakah energi fosil masih baik atau energi nuklir buruk juga kita sebenarnya sudah tahu kok...Nah, jadi… Sudah saatnya kita berpikir maju, terlepas dari kapan hari kiamat datang…

Ditulis dalam rangka mengikuti Kompetisi Web Kompas Muda & Pertamina

Tidak ada komentar:

Posting Komentar