Minggu, 26 Desember 2010

Semangkuk Bakso Untuk Ummi


Kubuka album biru
Penuh debu dan usang
Kupandangi semua gambar diri
Kecil bersih belum ternoda

                Galang terpaku menatap semua foto-foto yang tergantung di dinding dengan rapih itu. Ah…sudah lama sekali ia tidak menginjakkan kaki di rumahnya ini. Rumah kecil berwarna putih di sudut jalan ini. Tidak ada yang berubah. Sudah lama sekali. Sepuluh tahun…bisa jadi kurang, tapi bisa jadi lebih. Ah! Waktu tak penting! Yang penting sekarang ia sudah di sini! Di rumahnya sendiri! Dengan dirinya yang baru. Galang yang tak seperti dulu. Galang yang sudah berubah dari saat itu. Kejadian itu. Kejadian yang terus berulang dalam benaknya, kejadian yang terus muncul dalam mimpi-mimpinya selama ia di pondok. Ya Rahman… kejadian itu.

Minggu, 05 September 2010

Aku dan Jam Besar

Pukul berapa sekarang? 12 malam? Mengapa kau belum javascript:void(0)berdenting, jam besar? Seharusnya kau sudah mengingatkanku untuk kembali. Mungkin kau juga sedang menunggu. Tapi apa yang kau tunggu, jam besar? Apakah kau juga menunggunya? Apa kau tahu apa yang menahannya begitu lama? Dimana kau, pangeran? Apa yang terjadi? Bukahkah semestinya kau ada sejak 5 jam yang lalu?

Brrr…
ah.. dingin sekali. Jam besar, apakah sekarang sudah waktunya turun
salju? Rasanya dingin sekali disini. Padahal aku sudah mengenakan
mantel berlapis. Brrr…DING… DING… DING…
Ah,
akhirnya kau berdentang juga, jam besar. Apakah kau lelah menanti
kedatangannya? Kenapa kau tidak menemaniku menunggunya sedikit lebih
lama? Aku sendiri kini. Tidak dapatkah kau menahannya sebentar, jam
besar? Dimanakah pangeranku, jam besar?

Minggu, 21 Maret 2010

Mata untukmu

Mungkin ini gila. mencintai seseorang yang hanya ada dalam khayalan. Tapi hal ini tidak segila yang dipikirkan orang. Apa salahnya mencintai seseorang yang sangat kita dambakan? Meskipun orang itu hanya ada dalam pandangan matamu sendiri.
~
Hari Minggu, seperti biasa. Aku pergi ke pasar dan membeli banyak sekali belanjaan untuk keperluan jualan ibuku. Usaha warung makan yang kami jalankan Alhamdulillah cukup berhasil. Ternyata tidak salah perkiraanku untuk mendirikan warung makan disebelah kampus. Cacing-cacing dalam perut mahasiswa terbukti lebih cepat lapar dibandingkan yang lain.