Minggu, 01 Mei 2011

Iriyanti (2)

Lagi-lagi Iriyanti
kutepuk dahiku menyadari begitu banyak 'Iriyanti' di Bumi ini
Iriyanti Hartati
Iriyanti Cantika
Iriyanti Cendekia
Iriyanti Jabatani
atau yang lebih keren, Lucky Iriyanti
semakin sesak saja dong, dunia ini

ah, seandainya kita semua bukan siapa-siapa
--wah, memangnya kita ini siapa?--
lebih tepatnya, seandainya kita semua sadar
bahwa kita bukan siapa-siapa
bahwa kita hanyalah siapa yang seharusnya tidak repot memikirkan
kenaasan atau keberuntungan siapa-siapa yang lain
karena kita hidup
sejatinya bukan oleh, karena, apalagi untuk siapa-siapa yang lain itu

Tangsel, 1 Mei 2011

Iriyanti


Iriyanti,
kenapa pula namamu ‘Iriyanti’?
seolah watak burukmu diaminkan kedua orang tuamu
tidak dulu tidak sekarang
masalah-masalahmu selalu saja sama
berkutat dalam apa yang kaumiliki dan yang tidak kaumiliki
apa yang orang lain miliki dan yang tidak
padahal dunia sudah terlalu sesak
kenapa juga orang sepertimu menambah sesak?
wah, maaf terlalu blak-blakan
kalau boleh berbagi
orang bijak mengibaratkan hidup manusia seperti ini;
“Kehidupan ibarat matahari. tenggelam di satu wilayah, terbit di wilayah lain.”
jika mataharimu tengah tenggelam di satu bagian Bumimu
sehingga tiba-tiba saja duniamu menjadi malam
lihatlah,
kau masih punya sinar
karena matahrimu terbit di bagian Bumimu yang lain
hanya saja kau BELUM melihat
Iriyanti,
dengan apa aku harus memanggilmu?
supaya aku tidak ikut mendoakan keburukan buatmu
Iriyanti, oh, Iriyanti
semoga Tuhan menelagakan hatimu. Amin



Tangsel, 1 Mei 2011