Minggu, 17 April 2011

Ingkar, Pergi, Luka, dan Seorang Penghibur

Seorang bocah duduk terpekur menekuk lututnya. Wajahnya lusuh dan kuyu. Kulitnya pucat sepucat kulit sesosok tubuh yang ada dihadapannya. Tubuhnya pun dingin, sama, sedingin tubuh mayat itu. Matanya mati. Tidak menyala seperti biasa. Ia tahu. Meski ia masih berusia 14 tahun. Meski ia belum dewasa. Ia akan menjadi santapan lezat bagi predator-predator ganas di sekitarnya.

Ia tidak mengerti kenapa kakaknya yang begitu kuat bisa mati seperti ini. Ia tidak engerti kenapa ia hanya bersama kakaknya. Ia tidak mengerti kenapa kakaknya selalu pergi bekerja malam hari dan pulang pagi hari. Ia tidak mengerti kenapa kakaknya tidak pernah menceritakan kisah-kisah bahagia tentang pekerjaannya. Ia tidak tahu kenapa kakaknya selalu melarangnya keluar dari kamar setiap kali seorang pria yang tak dikenalnya datang ke rumah dan bermesraan