Sabtu, 29 Januari 2011

Langit Senja Itu

Kesibukan senja kembali terulang. Dedaunan liar pinggiran rel menari-nari. Tergelitik oleh kibasan angin yang menyertai derak laju gerbong-gerbong tua, melesat membunuh waktu. Dilatari semburat senja yang tumpah di lengkung cakrawala.

Kawanan burung gereja telah sampai pada waktu pulangnya, bergerombol menembus awan yang bermetafor menjadi kawanan kapas berwarna-warni, lengkap dengan cita rasa manis dan lembut yang muncul di benak. Berarak. Hingga satu persatu dari mereka bersemu merah, seolah tersipu oleh ratusan pasang mata yang tengah takjub menatapnya dari balik jendela-jendela kereta. Sedang matahari menunaikan janjinya kepada Tuhan untuk hadir tepat waktu di belahan Bumi lain yang telah menantikan sinarnya untuk sebuah kehidupan.

Sabtu, 15 Januari 2011

Bakso 8000

“Jadi, dari mana kita mulai?”
Selalu kamu mulai pembicaraan kita seperti itu. Tidak salah. Karena setiap aku memintamu untuk datang, aku memang selalu ingin mengungkapkan sesuatu padamu.
“Ngga tahu,” jawabku cepat. Kamu terkekeh. Baru sekali ini aku tidak tahu apa yang ingin aku bicarakan padamu. Hanya ingin bertemu. Tanpa tahu harus bicara apa.
“Jangan bercanda!” kamu masih tertawa. Tidak percaya.
Aku mengangguk, ikut tertawa. Tertawa bersamamu memang terasa sangat berbeda. Ada sesuatu yang membuatku bisa terus tertawa asal saat itu kamu juga tertawa.